Kisah Selang Tua
Aku adalah selang tua। Kulitku tidak semulus dahulu. Penampilanku tidak secerah dahulu. Kadang aku merasa hidupku tidak ada artinya. Apa yang harus kubanggakan? Ya, beginilah nasibku. Tiap pagi, orang-orang itu mengambil tubuh kecilku ini dari selokan yang berbau. Walaupun ia berbau, tetapi itulah salah satu teman setiaku. Dia adalah tempat aku untuk membaringkan tubuh panjang dan kurusku ini. Orang-orang menggunakan aku untuk menyirami tanaman dan rumput-rumput yang tersebar di halaman mereka.
Sorenya, mereka masih juga mengambil tubuhku ini untuk sekali lagi menyirami tanaman mereka. Sebenarnya, aku senang karena dapat membantu teman-temanku, seperti rumput, bunga, dan tanaman untuk mendapatkan minuman yang segar. Tetapi, bagaimana dengan aku? Aku tidak pernah minum minuman sesegar yang dia minum. Aku tidak pernah minum jus apel, jus mangga, dan minuman segar lainnya. Aku selalu merasa kedinginan ketika air menimpa tubuh mungilku. Aku ingin mereka dapat menyelimuti tubuhku di malam hari..
Saat tubuhku ini merasa sakit, tidak ada orang yang memberi aku obat. Saat aku ingin sekolah seperti orang-orang itu, aku tidak bisa. Aku ingin berbusana modis daengan banyak asesoris yang menempel di tubuhku. Aku ingin berbelanja di mall. Aku ingin semua mata melihatku dengan terpesona dan aku ingin memiliki pacar yang dapat menemani hidupku. Sudahlah, aku harus berpikir jernih bahwa aku tidak dapat seperti mereka. Sesekali aku berpikir, bahwa ini tidak adil. Aku tidak memiliki kesempatan yang sama seperti mereka. Tetapi, aku adalah selang yang tidak berdaya.
Aku tidak sepenuhnya menyesal akan kehidupan yang tidak adil ini. Aku bangga saat orang-orang itu sangat sibuk mencari diriku ketika si jago merah melahap rumah mereka. Saat-saat demikian, aku dapat menjadi seorang pahlawan yang mampu memadamkan api. Aku mampu mempertahankan rumah-rumah mereka dari bahaya kebakaran. Aku juga bangga ketika mereka sangat membutuhkanku ketika mereka tidak mampu membawa air ke tempat yang ingin diairi dengan jarak yang cukup jauh. Mereka selalu mencariku dan meminta bantuan tubuh kecilku untuk membantunya mengairi tempat itu. Aku bangga karena dapat meringankan tugas mereka.
Kini, tubuhku mulai lemas dan tak berdaya. Mereka lebih memanjakan adik-adikku yang jauh lebih bersih dan terawat daripada aku. Adik-adikku yang memiliki kulit yang lebih mulus, penampilan yang lebih indah, kekuatan yang lebih prima, dan mulutnya yang belum melebar karena terus dilewati air. Aku berharap mereka tetap memperhatikan aku. Aku tidak ingin dibuang dan disia-siakan sama seperti pengalaman kakak-kakakku sebelumnya. Tolong rawatlah tubuh mungilku ini dan aku akan sangat kecewa apabila aku dibiarkan begitu saja. Aku masih bisa membantumu di saat kau memerlukanku. Itulah harapan kecilku kini.
Ya, itulah aku dengan suka dukaku। Aku harus menerima itu dan tetap bersyukur. Itulah nasibku sebagai selang yang sudah tua. Aku tidak perlu terus menyesal. Aku harus berpikiran positif bahwa banyak orang yang masih memerlukanku. Aku adalah selang yang masih berguna.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar